Langsung ke konten utama

Makalah Teori Belajar Sosial

TEORI BELAJAR SOSIAL

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Belajar

Berkas:Logo Universitas Negeri Surabaya Terbaru.JPG ...

Disusun Oleh :
Indah Ainurrohmah    NIM  20070855014

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR
2021


KATA PENGANTAR

 Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita berbagai nikmat, sehingga segala aktifitas yang kita jalani ini berjalan baik dan lancar. Semoga segala aktifitas ini dapat bernilai ibadah sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai serta merta untuk menggapai ridho-Nya.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada  Dosen serta teman-teman sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moriil maupun materil, sehingga makalah ini terselesaikan  dalam waktu yang telah ditentukan.
Kami menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa maupun dalam  hal pengkonsolidasian  kepada dosen serta teman-teman sekalian, yang  kdangkala hanya  menuruti egoisme pribadi, untuk itu besar harapan saya jika ada kritik dan saran  yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-makalah selanjutnya dilain waktu.
Harapan yang paling besar dari penyusunan  makalah ini ialah, mudah-mudahan  makalah ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain yang ingin mengambil, menyempurnakan atau mengambil hikmah dari judul ini ( Himpunan, Garis dan Sudut ) sebagai salah satu bahan untuk menambah referensi yang telah ada.

Sidoarjo, 12 Februari 2021



Penyusun


PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Belajar adalah sebuah tindakan dan perilaku yang penting sekali dalam mengiringi perkembangan seseorang. Jika seorang individu belajar maka dapat dikatakan bahwa ia mengalami proses untuk menjadi lebih baik. Seiring berjalannya waktu, tentu manusia memerlukan peradaban yang semakin lama semakin membaik. Hal ini dapat dilaksanakan salah satunya dengan belajar. Proses belajar tentu bukanlah proses yang mudah untuk dirancang dan dilaksanakan.
Teori-teori belajar perlu untuk dibahas karena merupakan unsur penting dalam pendidikan. Teori belajar digunakan sebagai dasar pelaksanaan pembelajaran dalam menyusun suatu kerangka kerja konseptual. Oleh karena itu, banyak ahli terdahulu yang merancang adanya teori-teori tentang belajar. Teori-teori yang berkembang dari berbagai tokoh psikologi, salah satunya oleh Albert Bandura dengan teori belajar sosialnya.
Teori belajar sosial oleh Albert Bandura menyatakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya melalui penguatan (reinforcement) dan pembelajaran dengan cara meniru serta cara berpikir akan sesuatu. Pola tingkah laku yang dilakukan individu akan mempengaruhi orang di sekitar kita lalu menghasilkan penguatan (reinforcement) dan memberikan peluang untuk bisa diperhatikan pula oleh orang lain (observational opportunity).
    Teori belajar sosial (Social learning theory) juga biasa disebut pembelajaran observasional (observational learning) merupakan proses mengamati dan meniru perilaku dan sikap orang lain sebagai suatu model. Proses meniru perilaku ataupun sikap ini juga dapat disebut sebgai belajar. Perilaku dalam berinteraksi secara timbal balik yang saling berkesinambungan antara kognitif, perilaku, dan pengaruh lingkungan dapat mempengaruhi pola belajar sosial seorang individu. Dalam hipotesisnya, Bandura (1977) mengembangkan teori ini untuk menjelaskan individu saat belajar bahwa tingkah laku, lingkungan, dan kejadian internal pada pelajar dapat mempengaruhi persepsi dan aksinya yang saling berpengaruh (interlocking). Selain itu, tingkah laku seseorang sering dievaluasi dan bebas dari timbal balik sehingga dapat mengubah kesan-kesan personal seseorang serta pengakuan sosial yang berbeda dapat mempengaruhi konsepsi individu.

1.2    Rumusan Masalah

1.    Apa Pengertian Teori Belajar Sosial ?
2.    Apa Konsep Dasar teori belajar sosial ?
3.    Bagaimana Faktor Terjadinya Teori Belajar Sosial ?
4.    Bagaimana contoh implementasi dari teori belajar sosial ?
5.    Apa kelemahan dan kelebihan teori belajar sosial ?

1.3    Tujuan

1.    Dapat mengetahui pengertian teori belajar sosial
2.    Dapat mengetahui konsep dasar teori belajar sosial
3.    Dapat mengetahui faktor-faktor teori belajar sosial
4.    Dapat mengetahui implementasi teori belajar sosial
5.    Dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan teori belajar sosial

BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Pengertian Teori Belajar Sosial

Seorang ahli psikologi bernama Albert Bandura terkenal dengan teori pembelajaran sosial (Social Learning Theory). Teori ini adalah salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada aspek kognitif dari fikiran, pemahaman dan evaluasi. Teori Belajar Sosial yang dikemukakan oleh Bandura menyatakan bagaimana perilaku individu dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya melalui penguatan (reinforcement), pembelajaran dengan meniru (observational learning), dan cara berfikir yang individu miliki terhadap sesuatu dan juga sebaliknya. Itulah bagaimana tingkah laku individu mempengaruhi sekitarnya dan menghasilkan penguatan (reinforcement) dan peluang untuk diperhatikan oleh orang lain (observational opportunity).
Menurut Bandura proses mengamati dan meniru perilaku dan sikap orang lain sebagai model merupakan tindakan belajar. Bandura (1977) menyatakan bahwa "Learning would be exceedingly laborious, not to mention hazardous, if people had to rely solely on the effects of their own action to inform them what to do. Fortunately, most human behaviour is learned observationally through modelling: from observing others one form an idea of her new behaviour are performed, and on later occasion this coded information serves as a guide for action".
Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar sosial jenis ini. Contohnya, seorang yang hidupnya dibesarkan di dalam lingkungan judi, maka dia cenderung untuk memilih bermain judi, atau sebaliknya menganggap bahwa judi itu adalah tidak baik.
Dalam teori ini juga menyatakan bagaimana seseorang belajar dalam keadaan atau lingkungan yang sebenarnya. Bandura (1977) menghipotesiskan bahwa tingkah laku (B), lingkungan (E) dan kejadian-kejadian internal pada seorang pelajar mempengaruhi persepsi dan aksi (P) adalah merupakan hubungan yang saling berpengaruh atau berkaitan (interlocking).
Prinsip  belajar menurut Bandura adalah usaha menjelaskan belajar dalam situasi alami. Adapun pengertian dari teori pembelajaran sosial (social learning theory) atau pembelajaran observasional (observational learning) yaitu :
•    Pembelajaran observasional merupakan pembelajaran yang dilakukan ketika seseorang mengamati dan meniru perilaku orang lain (John W.Santrock : 2008).
•    Pembelajaran observasional merupakan proses dimana informasi diperoleh dengan memperhatikan kejadian-kejadian dalam lingkungan (B.R.Hergenhahn dan Matthew Holson : 2008).
Studi Boneka Bobo Klasik
Dalam sebuah eksperimen yang dilakukan Bandura (1965) mengilustrasikan bagaimana pembelajaran dapat dilakukan hanya dengan mengamati model yang bukan sebagai penguat atau penghukum. Dalam eksperimen ini, anak – anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.Eksperimen ini juga mengilustrasikan perbedaan antara pembelajaran dan kinerja (performance). Sejumlah anak taman kanak-kanak secara acak ditugaskan utuk melihat tiga film dimana ada seseorang (model) sedang memukuli boneka plastik seukuran orang dewasa yang dinamakan boneka Bobo.

2.2    Konsep Dasar Teori Belajar Sosial

1.    Determinisme Resiprokal (Reciprocal Determinism)

Bandura mengembangkan model Determinisme Resiprokalyang terdiri dari tiga faktor utama, yaitu perilaku, person / kognitif, dan lingkungan. Seperti dalam gambar, faktor-faktor ini bisa saling berinteraksi untuk mempengaruhi pembelajaran, yakni faktor lingkungan memengaruhi perilaku, perilaku memengaruhi lingkungan, faktor person (orang/kognitif) memengaruhi perilaku dan sebagainya.Bandura menggunakan istilah person, tapi memodifikasi menjadi person (cognitive) karena banyak faktor orang yang dideskripsikannya adalah faktor kognitif.
 
    Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peran penting. Faktor person (kognitif) yang ditekankan Bandura (1997,2001) pada masa belakangan ini adalah self-efficiacy, yakni keyakinan bahwa seseorang bisa menguasai situasi dan menghasilkan hasil positif. Bandura mengatakan bahwa self-efficiacy berpengaruh besar terhadap perilaku. Misalnya, seorang murid yang self-efficiacy-nya rendah mungkin tidak mau berusaha belajar untuk mengerjakan ujian karena dia tidak percaya bahwa belajar akan bisa membantunya mengerjakan soal. Adapun konsep utama dari teori belajar Albert Bandura adalah sebagai berikut:
a.    Pemodelan
Pemodelan merupakan konsep dasar dari teori belajar sosial Albert Bandura. Menurut Bandura sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain. (Arends, 1997:67).
Seseorang belajar menurut teori ini dilakukan dengan mengamati tingkah laku orang lain (model), hasil pengamatan itu kemudian dimantapkan dengan cara menghubungkan pengalaman baru dengan pengalaman sebelumnya atau mengulang-mengulang kembali. Dengan jalan ini memberi kesempatan kepada orang tersebut untuk mengekspresikan tingkah laku yang dipelajari.
Berdasarkan pola perilaku tersebut, selanjutnya Bandura mengklasifikasi empat fase belajar dari pemodelan, yaitu :
1.    Fase Atensi
Fase pertama dalam belajar pemodelan adalah memberikan perhatian pada suatu model. Pada umumnya seseorang memberikan perhatian pada model-model yang menarik, popular atau yang dikagumi. Dalam pembelajaran guru yang bertindak sebagai model bagi siswanya harus dapat menjamin agar siswa dapat memberikan perhatian kepada bagan-bagian penting dari pelajaran. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menyajikan materi pelajaran secara jelas dan menarik, memberikan penekanan pada bagian-bagian penting, atau dengan mendemonstrasikan suatu kegiatan. Di samping itu suatu model harus memiliki daya tarikn (Woolfolk, 1993).Misalnya untuk menjelaskan bagian-bagian bola mata guru seharusnya menggunakan gambar model mata, dengan variasi warna yang bermacam-macam sehingga bagian-bagian mata tersebut tampak jelas dan siswa termotivasi untuk mempelajarinya.
2.    Fase Retensional
Menurut Gredler, (dalam Sudibyo, E. 2001:5), fase ini bertanggung jawab atas pengkodean tingkah laku model dan menyimpan kode-kode itu di dalam ingatan (memori jangka panjang). Pengkodean adalah proses pengubahan pengalaman yang diamati menjadi kode memori. Arti penting dari fase ini adalah bahwa si pengamat tidak akan dapat memperoleh manfaat dari tingkah laku yang diamati ketika model tidak hadir, kecuali apabila tingkah laku itu dikode dan disimpan dalam ingatan untuk digunakan pada waktu kemudian.
Untuk memastikan terjadinya retensi jangka panjang guru dapat menyediakan waktu pelatihan, yang memungkinkan siswa mengulang keterampilan baru secara bergiliran, baik secara fisik maupun secara mental.Misalnya mereka dapat menvisualisasikan sendiri tahap-tahap yang telah didemonstrasikan dalam menggunakan busur, atau penggaris sebelum benar-benar melakukannya.
3.    Fase Reproduksi
Dalam fase ini kode-kode dalam memori membimbing penampilan yang sebenarnya dari tingkah laku yang baru diamati. Derajat ketelitian yang tertinggi dalam belajar mengamati adalah apabila tindakan terbuka mengikuti pengulangan secara mental. Fase reproduksi dipengaruhi oleh tingkat perkembangan individu. Fase reproduksi mengizinkan model untuk melihat apakah komponen-komponen urutan tingkah laku sudah dikuasai oleh si pengamat (pembelajar).Pada fase ini juga si model hendaknya memberikan umpan balik terhadap aspek-aspek yang sudah benar ataupun pada hal-hal yang masih salah dalam penampilan.
4.    Fase Motivasional
Pada fase ini si pengamat akan termotivasi untuk meniru model, sebab mereka merasa bahwa dengan berbuat seperti model, mereka akan memperoleh penguatan. Memerikan penguatan untuk suatu tingkah laku tertentu akan memotivasi pengamat (pebelajar) untuk berunjuk perbuatan. Aplikasi fase motivasi di dalam kelas dalam pembelajaran pemodelan sering berupa pujian atau pemberian nilai.
2.    Belajar Vicarious
Sebagian besar belajar observasional termotivasi oleh harapan bahwa meniru model dengan baik akan menuju pada pada reinforcement. Akan tetapi, akan ada orang yang belajar dengan melihat orang diberi reinforcement atau dihukum waktu terlibat dalam perilaku-perilaku tertentu. Inilah yang disebut belajar “vicarious”.
Guru-guru dalam kelas selalu menggunakan prinsip belajar vicarious.Bila seorang murid berkelakuan tidak baik, guru memperhatikan anak-anak yang bekerja dengan baik dan memuji mereka karena pekerjaan mereka yang baik itu. Anak yang nakal itu melihat bahwa bekerja memperoleh reinforcement sehingga ia pun kembali.
3.    Perilaku Diatur-Sendiri (Self-Regulated Behavior)
Bandura mengatakan bahwa perilaku manusia sebagian besar merupakan perilaku yang diatur oleh dirinya sendiri (self-regulated behavior). Manusia belajar suatu standar performa (performance standards), yang menjadi dasar evaluasi diri. Apabila tindakan seseorang bisa sesuai atau bahkan melebihi standar performa, maka ia akan dinilai positif, tetapi sebaliknya, bila dia tidak mampu berperilaku sesuai standar, dengan kata lain performanya dibawah standar, maka ia akan dinilai negatif.
Bandura berhipotesis bahwa manusia mengamati perilakunya sendiri, mempertimbangkan perilaku terhadap kriteria yang disusunnya sendiri, kemudian memberi reinforcement atau  hukuman pada dirinya sendiri.Kita semua mengetahui bila kita berbuat kurang daripada yang sebenarnya.Untuk dapat membuat pertimbangan-pertimbangan ini, kita harus mempunyai harapan tentang penampilan kita sendiri. Seorang siswa mungkin sudah merasa senang sekali memperoleh 90% betul dalam suatu tes, tetapi anak yang lain mungkin masih kecewa.

2.3    Faktor-faktor Terjadinya Teori Belajar Sosial

1.    Harapan
Harapan adalah konsep pertama dalam teori belajar sosial. Harapan, atau ekspektasi, berarti pengetahuan seseorang harus mampu mewujudkan apa yang ia inginkan dari lingkungan, dan kepercayaannya terhadap sesuatu harus sesuai dengan kepercayaan lingkungan. Contohnya seperti, kalau kita mengacungkan jempol di Indonesia, Korea, atau Jepang, itu menandakan kita sedang menyatakan setuju, oke, iya, dsb. Namun, kalau kita mengacungkan jempol di Brazil, itu menandakan kita sedang melecehkan orang lain secara seksual. Karena harapan terhadap mengacungkan jempol di Brazil beda dengan Indonesia, jadi bisa menggunakan isyarat lain sebagai tanda setuju untuk mewakili.
2.    Belajar observasional
Belajar observasional berarti seorang individu mendasari pengetahuannya dengan mengobservasi orang lain di dalam lingkungan. Seorang individu akan mengenali perilaku orang lain, menyesuaikan dengan dirinya, lalu menirukan perilaku tersebut di masyarakat. Semua yang ia ketahui berasal dari perilaku orang-orang di sekitarnya. Misalnya, kata “pantek”. Kata pantek, di beberapa kota diartikan sebagai pengeboran manual untuk gali sumur. Di beberapa kota di Sumatera, pantek diartikan sebagai makian. Seorang dari Sumatera mungkin akan kaget mendengar kata pantek disebut begitu saja di masyarakat. Namun, bila dia mengobservasi dengan benar, dia akan sadar bahwa kata itu punya makna yang berbeda.
3.    Kapabilitas Behavioral
Kapasitas behavioral merujuk pada fakta bahwa pengetahuan seseorang diperlukan untuk mempengaruhi perilakunya. Peran orang lain mungkin dapat mempengaruhi perilaku seseorang guna mengubah perilaku agar diterima masyarakat. Contohnya seperti, Seorang anak mungkin tidak sadar bahwa berteriak di dekat orang tua tidak sopan, sampai seseorang menegurnya. Jika tidak mendapat respon negatif, mungkin dia akan terus melakukannya karena dia tidak sadar. Tapi jika sudah di ingatkan kemungkinan barulah dia akan berhenti.
4.    Self-Efficacy/Efikasi Diri
Efikasi diri adalah keyakinan seseorang terhadap dirinya sendiri. Jika seseorang yakin terhadap pengetahuannya, ia akan bertindak berdasarkan pengetahuannya. Misalnya mengacungkan jempol pada saat di Brazil tadi, jika ada orang yang tersinggung/marah pastinya kita akan heran dan mulai ragu dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Dan akhirnya mengerti makna disetiap daerah itu berbeda-beda.
5.    Determinisme
Resiprokal Determinisme resiprokal adalah orang saling meniru perilaku saat mereka berinteraksi. Ketika seseorang berada di satu lingkungan, dia akan beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Contohnya seperti, Ketika bicara dengan dosen biasanya mahasiswa menggunakan kata “saya” dan nada bicara yang rendah. Tapi, saat sama temen, mungkin akan ngomong dengan kata “gue” dan nada bicara yang santai bahkan diselingi candaan.
6.    Reinforcement
Reinforcement adalah respon dari orang lain yang dapat memperkuat/melemahkan suatu perilaku. Misalnya, bila seseorang iseng bernyanyi lalu dia dipuji, maka dia akan meneruskan nyanyiannya itu. Namun, kalau dia malah di ledek fals atau apapun itu, mungkin dia akan berhenti atau memelankan suaranya.

2.4    Contoh Implementasi Teori Belajar Sosial

Contoh aplikasi teori belajar Bandura adalah ketika seorang anak belajar untuk mengendarai sepeda. Ditahap perhatian, si anak akan tertarik mengamati para pengendara sepeda dibanding dengan orang yang melakukan aktifitas lain yang dia anggap kurang menarik. Oleh karena itu, ia akan mengamati bagaimana seseorang mengayuh sepeda. Selanjutnya pada tahap penyimpanan dalam ingatan si anak akan tersimpan bahwa bersepeda itu menyenangkan dan suatu saat jika waktunya tepat ia akan meminta ayahnya (misalnya) untuk mengajarinya mengendarai sepeda. Semuanya itu kemudian dilaksanakan pada tahap reproduksi di mana si anak kemudian benar-benar belajar mengendarai sepeda bersama sang ayah. Ketika anak itu sudah berhasil, di sinilah tugas sang ayah untuk memberi reward sebagai bentuk apresiasi atas keberhasilan sang anak sekaligus merupakan tahap motivasi. Beberapa contoh lain dijelaskan dalam poin-poin berikut:
-    Iklan mie instan, di iklan tersebut diperlihatkan seseorang yang sedang melihat orang lain makan mie instan dengan nikmatnya, membuatnya pada akhirnya makan mie instan yang sama.
-    Melihat kecelakaan di konser sebuah band nasional yang mengakibatkan seseorang meninggal, seorang pemudi yang tadinya hendak menonton konser band tersebut di kotanya menggagalkan niatnya.
-    Iklan sebuah pasta gigi memperlihatkan seorang anak yang meniru kebiasaan ayahnya makan, ribut sendiri karena menonton bola, dan cara ayahnya menggosok gigi.
-    Seorang balita yang kecanduan rokok dan berkata kasar karena lingkungan (orang-orang dewasa) sekitar terbiasa merokok dan berkata kasar.
-    Seorang anak melompat dari lantai 4 sebuah rumah susun dengan menggunakan seprai setelah melihat film superhero.
-    Sosialisasi penggunaan helm dan mengendarai motor yang baik menggunakan suatu film pendek yang mengilustrasikan seorang pemuda yang naik motor ugal-ugalan dan tidak memakai helm, berakibat fatal; kaum muda yang melihatnya menggunakan helm dan berkendara aman tak hanya untuk menghindari ditilang polisi, tetapi untuk mengamankan dirinya.

Contoh implementasi dalam pembelajaran :
-    Pembelajaran Matematika
           Dalam mengajarkan tentang penjumlahan dan pengurangan garis bilangan bulat, guru bisa memberikan materi dengan menggunakan media pola lantai yang diperagakan oleh gurunya. Disini guru memperagakan cara untuk menjumlahkan atau mengurangi bilangan dengan jelas kepada siswa. Selain itu, guru juga dapat mengajak siswa untuk melakukan hal yang sama yang di contohkan oleh gurunya. Dalam hal ini guru dapat mengajak siswa belajar sambil bermain.
-    Pembelajan IPA
           Dalam materi pembiasan cahaya, guru dapat mendemonstrasikan bahwa cahaya itu dapat dibiaskan. Guru mencotohkan dengan cara membiaskan cahaya menyediakan gelas yang berisikan air dan didalamnya diberi batang pensil,  kemudian gelas tersebut disimpan di bawah sinar matahari. Setelah itu siswa diajak untuk mengamati apa yang terjadi. Dari kegiatan tersebut, siswa bisa mengetahui dan mengalami sendiri materi mengenai pembiasan cahaya.
-    Pembelajaran IPS
                  Dalam pelajaran sejarah misalnya dalam materi ”Manusia Purba”, guru dapat mengajak siswa ke museum sejarah. Di museum guru dapat memberi tahu dan mengajarkan kepada siswa tentang asal usul manusia purba dengan melihat langsung peninggalan-peninggalan yang ada. Dari kegiatan tersebut, siswa dapat mempelajari mengenai materi yang diajarkan dengan melihat langsung kejadian asal-usulnya manusia purba, sehingga siswa dapat merasakan atau mengalami secara langsung dan lebih bermakna.
-    Pembelajaran PKn
        Dalam materi ”gemar menabung” guru atau orang tua bisa mengajarkan atau membiasakan peserta didik untuk gemar menabung baik di rumah maupun di sekolah. Dengan membiasakan gemar menabung, siswa akan terbiasa untuk hidup hemat dalam kehidupan sehari-hari.
-    Pembelajaran Bahasa Indonesia
              Ketika membahas materi mengenai pidato, guru dapat meminta siswa untuk membacakan pidato di depan teman-temannya. Disini guru meminta siswa untuk memperhatikan temannya yang sedang membacakan pidato didepan, kemudian guru mengajak siswa untuk menganalisis mengenai pidato yang di bacakan temannya. Setelah itu guru meminta siswa untuk bergiliran membacakan pidato.

2.5    Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Sosial

Kelebihan :
Teori pembelajaran sosial yang merupakan perkembangan utama dari tradisi teori pembelajaran perilaku (behaviorisme), yang menjelaskan bahwa perilaku manusia dalam kontek sinterkasi timbalbalik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan. Karena kondisi lingkungan sekitar individu mampu mempengaruhi pola belajar sosial. Menurut Albert Bandura teori belajar sosial ini memiliki kelebihan yakni;
-    Kelebihan teori belajar sosial yaitu lebih menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melaui sistem kognitif orang tersebut. Menurut Bandura, tingkah laku manusia bukan semata-mata reflex atas stimulus, melainkan juga akibat interaksi antara lingkungan dengan kognitif manusia itu sendiri. Misalnya dalam iklan sabun ditv, dalam iklan tersebut sering menampilkan bintang-bintang yang populer dan disukai masyarakat, hal ini untuk mendorong konsumen agar membeli sabun supaya kulit seperti bintang.
-    Sebagai pembelajaran yaitu melalui pengamatan yang dapat terjadi melalui kondisi yang dialami seseorang. Misalnya: seorang pelajar melihat temannya dipuji dan ditegur oleh gurunya karean perbuatanya, maka ia kemudian meniru melakukan perbuatan-perbuatan lain yang tujuannya sama ingin dipuji oleh gurunya.
-    Mengurangi kesenjangan antar manusia. Artinya antar sesame manusia itu saling berhubungan antara satu dengan yang lain, sehingga tidak terjadi kesenjangan diantaranya.
-    Memberikan kesempatan yang lebih kepada manusia untuk saling berinteraksi. Artinya dalam kehidupan bersama seorang manusia saling bertukar informasi, dan pikiran dengan sesamanya. Karena dengan berinteraksi dapat dipastikan akan mampu mengubah cara pandang dan cara pikir manusia sebagai bagian dari proses pembelajaran seseorang.
-    Seseorang mampu mengenal lingkungannya, dimana akan ada pengalaman dan pengetahuan baru yang diperoleh dari hasil interaksi yang dilakukan
Kekurangan :
Teori Pembelajaran Sosial Bandura sangat sesuai jika diklasifikasikan dalam teori behavioristik. Ini karena, teknik pemodelan Albert Bandura adalah mengenai peniruan tingkah laku dan adakalanya cara peniruan tersebut memerlukan pengulangan dalam mendalami sesuatu yang ditiru. Selain itu juga, jika manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya dengan hanya melalui peniruan (modeling), sudah pasti terdapat sebagian individu yang menggunakan teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah laku yang negative, termasuk perlakuan yang tidak diterima dalam masyarakat. 

BAB III

KESIMPULAN

        Teori belajar sosial atau teori observasional oleh Albert Bandura (1969), seorang ahli psikologi menganut aliran Behaviorisme. Teori  belajar sosial adalah pembelajaran yang terjadi ketika seseorang mengamati dan meniru perilaku orang lain. Dengan kata lain, informasi diperoleh dengan memperhatikan kejadian-kejadian dalam lingkunganya. Dalam eksperimennya menunjukkan adanya perbedaan pembelajaran dan kinerja. Model determinisme pembelajaran resiprokal Albert Bandura mencakup tiga  faktor utama : person/kognisi, perilaku, dan lingkungannya. Faktor person (kognitif) yang ditekankan Bandura belakangan ini adalah self-efficiacy, keyakinan bahwa seseorang bisa menguasai  dan menghasilkan hasil positif.
Konsep dasar dari teori belajar Albert Bandura adalah pemodelan, belajar vicarious, dan perilaku diatur-sendiri.Pemodelan merupakan konsep dasar dari teori belajar sosial. Bandura mengklasifikasi empat fase belajar dari pemodelan, yaitufase atensi yang merupakan fase memberikan perhatian pada suatu model, faseretensional yang merupakan fase  pengkodean tingkah laku model dan menyimpan kode-kode itu di dalam ingatan (memori jangka panjang),  fase reproduksi yang merupakan fase dimana kode-kode dalam memori membimbing penampilan yang sebenarnya dari tingkah laku yang baru diamati, dan yang terakhir adalah fase motivasional yang merupakan fase dimana si pengamat akan termotivasi untuk meniru model, sebab mereka merasa bahwa dengan berbuat seperti model, mereka akan memperoleh penguatan.Belajar Vicarious, merupakan cara belajar dengan melihat orang diberi reinforcement atau dihukum waktu terlibat dalam perilaku-perilaku tertentu.Perilaku diatur-sendiri, Bandura mengatakan bahwa perilaku manusia sebagian besar merupakan perilaku yang diatur oleh dirinya sendiri (self-regulated behavior).
Teori belajar sosial Albert Bandura memiliki kekurangan dan kelebihan sebagai teori belajar. Teori ini dapat di aplikasikan dalam proses pembelajaran guru harus dapat menghadirkan model yang baik. Model yang baik harus dapat mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pembelajar sehingga dapat memberi perhatian kepada si pembelajar.      

DAFTAR PUSTAKA

Hergenhahn, B.R., Olson, Matthew H. 2008. Theories of Learning (Teori Belajar), edisi ke-7. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Santrock,John. Psikologi Pendidikan. 2009. penerbit: Salemba Humanika. Jakarta.
Hoy, W. K., & Woolfolk, A. E. (1993). Teachers' Sense of Efficacy and the Organizational Health of Schools. The Elementary School Journal, 93, 355-372.
Arends 1997. Model-Model Pembelajaran Inovatif berorientasi Konstuktivitis, Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher

Mungkin anda ingin membaca artikel tentang






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pembelajaran Problem Based Learning And Project-Based Learning Sebagai Ujung Tombak Kurikulum 2013

Sumber: meteoreducation.com      Pendidikan merupakan sebuah hal yang sangat fundamental. Mengingat pendidikan menjadi ujung tombak maju tidaknya sebuah peradaban, maka suatu bangsa atau negara akan mengusahakan hal yang terbaik bagi warga negaranya agar mendapatkan pendidikan yang layak dan memiliki standar yang tinggi. Peradaban sekarang kini juga semakin maju. Anak didik tidak hanya butuh pengetahuan teoritis seperti menulis, menghafal, dan berhitung. Namun kini peserta didik membutuhkan ilmu dalam bersikap dan ilmu dalam mempraktikkan segala teori yang telah ia pelajari di sekolah.       Pendidikan memang harus disusun sedemikian rupa sehingga mampu memback-up dari akar hingga ujungnya, yakni mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Tatanan pendidikan tersebut harus memiliki kaidah yang sesuai dengan perkembangan zaman. Hal ini penting karena setiap zaman ada penghuninya yang tidak sama. Setiap zaman ke zaman pasti ada kebuthan khusus yang harus dipenuhi masyarakat agar

PRINSIP-PRINSIP PENILAIAN DAN ACUAN PENILAIAN

    PRINSIP-PRINSIP PENILAIAN DAN ACUAN PENILAIAN MAKALAH Untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Yang dibimbing oleh Ifa Nurhayati, M.Pd Oleh: 1.       Ahmad Na’im            ( 1586206004 ) 2.       Siska Dwi Puspitasari (1586206063)                                            PROGRAM STUDI SI PGSD      FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU PENDIDIKAN      UNIVERSITAS ISLAM RADEN RAHMAT MALANG OKTOBER 2016   Kata Pengantar Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah  memberikan  rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang Alhamdulillah bisa diselesaikan dengan tepat pada waktunya, makalah ini berjudul “Prinsip-Prinsip Penilaian dan Acauan Penilaian”             Makalah ini berisikan tentang prinsip-prinsip penilaian dan acuan penilaian yang ada didalam materi evaluasi pembelajaran di SD. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informas

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK FAKTOR NATURE DAN NURTURE

  PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK FAKTOR NATURE DAN NURTURE BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Dewasa ini banyak para pendidik yang kurang perhatian dalam mempelajari pola pertumbuhan maupun perkembangan peserta didik yang sebenarnya sangat berguna demi kelancaran proses pembelajaran. Dengan kurang fahamnya pendidik dengan pola pertumbuhan maupun perkembangan peserta didiknya   maka akan terjadi beberapa hambatan dalam proses pembelajaran seperti : kurang difahaminya materi yang disampaikan pendidik. Disamping itu, kami membuat makalah ini dengan harapan agar penulis dapat lebih mendalam lagi dalam mempelajari perkembangan peserta didik guna mendukung metode pembelajaran kelak. B.      Rumusan Masalah Penulis telah menyusun beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini sebagai batasan dalam pembahasan bab isi. Beberapa masalah tersebut antaralain : a.        Factor – factor apa saja yang mempengaruhi perkembangan b.       Apa pengaruh f