Selamat siang. Hai calon guru profesional. Bagaimana kabarnya? semoga semuanya sehat ya.
Jadi, kuliah PPG itu memang nano-nano sih banyak sekali tugasnya. Tapi juga banyak sih hal positifnya. Oh iya teman-teman semua, kali ini saya akan berbagi pengalaman saya selama mengikuti PPG Prajabatan di Kampus ternama di Malang. Banyak sekali pengalaman yang saya dapatkan. Salah satunya adalah cara membuat studi kasus. Saya memiliki contoh hasil studi kasus yang alhadulillah akhirnya ujian UKMPPG saya lulus berkat studi kasus ini.
Nggak usah lama-lama ya. Teman langsung bisa cek studi kasus yang saya di bawah. Teman-teman bisa mempelajari dan menyesuaikan dengan kondisi sekolah dan permasalahan yang teman-teman angkat. Semoga studi kasus ini bisa bermanfaat. Selamat belajar.
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Ahmad Na’im
NIM : 223113917904
Program Studi : Pendidikan Profesi Guru
Fakultas : Sekolah Pasca Sarjana
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa laporan yang penulis tulis ini benar-benar merupakan hasil karya penulis sendiri bukan merupakan pengambilan tulisan atau pikiran orang lain yang penulis akui sebagai hasil tulisan atau pikiran penulis sendiri. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan laporam ini hasil jiplakan, maka penulis bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Malang, 1 Oktober 2023
Pembuat Pernyataan
Ahmad Na’im
NIM. 223113917904
KATA PENGANTAR
.
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Laporan Studi Kasus” ini dengan tanpa adanya hambatan.
Laporan ini berawal dari permasalahan pembelajaran yang penulis alami selama mengikuti program PPG Prajabatan pada saat PPL I dan PPL II. Adapun tujuan penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada UKMPPG (Uji Kinerja Mahasiswa Pendidikan Profesi Guru). Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk memaparkan permasalahan dalam proses pembelajaran di sekolah dasar, khususnya permasalahan kemampuan peserta didik yang belum dapat membaca dengan baik. Selain itu laporan ini juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber untuk menambah wawasan tentang bagaimana proses pembelajaran di tingkat sekolah dasar dan upaya-upaya apa saja yang sekiranya dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif bagi para pendidik saat menghadapi peserta didiknya yang masih lemah dalam hal membaca dan menulis.
Terlebih dahulu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepala Sekolah SDN 2 Gondanglegi Kulon, Bapak Bahrodin, M.PdI beserta guru pamong penulis Ibu Riwayati, S.Pd.SD dan semua warga sekolah SDN 2 Gondanglegi Kulon yang sudah memberikan tempat bahagia dan penuh pengalaman selama melaksanakan PPL I dan PPL II di SD ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan semua, terima kasih atas bantuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Kemudian, penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun penulis butuhkan demi kesempurnaan laporan ini.
Malang, 5 Oktober 2023
Penulis
A. Deskripsi Studi Kasus
Studi kasus ini menjelaskan tentang kesulitan membaca tulisan pada peserta didik kelas 4 SDN 2 Gondanglegi Kulon. Permasalah ini penulis temui saat melaksanakan PPL II di sekolah tersebut. Topik ini, penulis angkat sebagai studi kasus yang menurut penulis sangatlah penting untuk dibahas untuk ditemukan solusi terbaik agar peserta didik yang mengalami kesulitan membaca, mendapatkan bimbingan dari semua pihak dalam tri pusat pendidikan (sekolah, orang tua, dan masyarakat). Sehingga peserta didik yang mengalami kesulitan belajar ini dapat membaca dan memahami apa yang mereka pelajari. Jika mereka tidak bisa membaca, mereka akan kesulitan dalam memahami isi bacaan. Efeknya, peserta didik dengan kesulitan membaca tidak dapat belajar dengan baik. Penulis yakin, ada faktor lain selain dari faktor internal dari peserta didik itu sendiri, misalnya saja faktor lingkungan tempat tinggal, kondisi keluarga dan lainnya. Dengan adanya kerjasama yang baik pada tri pusat pendidikan, kesulitan-kesulitan peserta didik dalam belajar akan cepat tertangani.
B. Analisis Situasi
Situasinya adalah terdapat siswa kelas 4 SD yang belum bisa membaca.
Fadil Ainul Zakaria, belum bisa membaca. Di kesehariannya setelah pulang sekolah ia tinggal dengan ayah dan bibinya. Ayahnya bekerja sebagai buruh tani. Sedangkan ibunya menjadi TKW.
Faisal Apriliansyah, Ia tinggal bersama ayah, ibu, dan adiknya. Sebagai orang tua yang bekerja, ayah dan ibu tidak sempat membimbing Faisal dalam belajar. Ia termasuk siswa yang hiperaktif. Sering kali guru menegurnya karena ia sering ramai sendiri dan bersikap jail kepada teman sekelasnya. Faisal juga sulit membedakan mana huruf b kecil dengan huruf d kecil, Sehingga ketika ia diminta untuk menuliskan kedua huruf tersebut, masih sering salah.
Yanuardi bahtiar, mengalami kesulitan dalam membaca sekaligus menulis. Ia masih belum hafal dengan abjad dan cara pelafalannya, sehingga ia secara langsung juga kesulitan dalam membaca. Ia jarang dibimbing belajar di rumah karena ibunya acuh. Ayahnya merantau ke Papua.
Ramadhani Oktario , hidup dengan kedua orang tunya. Kesehariannya ia sering bermain sampai lupa waktu. Ibunya sibuk dengan pekerjaan rumah tangga dan gadget-nya. Ayah menjadi buruh tani, juga tidak sempat mendampingi Rama belajar. Ia merasa malu kepada temannya, karena di kelas4 ini masih saja belum bisa membaca. Rama dapat menuliskan semua huruf dengan baik, namun ia belum hafal semua huruf alphabet.
Sekolah, wali kelas, dan penulis bekerjasama membimbing keempat siswa tersebut dengan memberikan proses pembelajaran yang sebaik mungkin. Secara khusus penulis memberikan bimbingan belajar membaca di luar jam pelajaran. Namun hal ini terhambat, karena orang tua peserta didik tidak berperan aktif mendampingi anaknya saat belajar di rumah.
C. Alternatif Solusi
Peserta didik dengan kesulitan membaca adalah peserta didik yang unik dan berbeda dengan yang lainnya. Oleh karena itu peserta didik diperlakukan sesuai dengan tingkat pencapaiannya. Hal ini dilakukan karena tidak mungkin pendidik memaksakan peserta didik untuk mengerjakan setiap tugas belajar di kelas 4, yang mana setiap tugasnya adalah peserta didik harus memiliki kemampuan minimal dapat membaca dan memahami isi bacaan, sedangkan mereka sendiri belum bisa membaca. Penulis bermusyawarah dengan wali kelas, dan memberikan beberapa solusi bagi peserta didik yang mengalami kesulitan membaca yaitu antara lain dengan cara berikut:
Penulis melakukan pendekatan dengan peserta didik dan menggali informasi perihal kehidupan mereka sehari-hari. Tujuannya agar mereka dapat terbuka dan dapat menerima penulis sebagai guru pendamping di kelas dan sebagai guru bimbingan belajar membaca bagi setiap siswa di kelas saat itu. Dengan komunikasi yang baik pula, akhirnya mereka berkenan menerima penulis sebagai guru bimbingan belajar. Mereka pun menjadi antusias untuk belajar membaca dengan penulis.
Wali kelas memberikan dukungan psikologis dan memotivasi peserta didik agar dapat belajar secara serius untuk mampu membaca dengan baik. Guru membimbing peserta didik tersebut agar bisa membaca dalam setiap proses pembelajaran. Pada saat proses pembelajaran, peserta didik yang mengalami kesulitan membaca, dijadikan satu kelompok untuk mempermudah proses bimbingan. Adapun proses bimbingan di dilakukan pada saat KBM dengan wali kelas.
Selain itu, penulis memberikan bantuan berupa bimbingan belajar membaca di luar KBM. Kegiatan ini diawali dengan pengenalan huruf, kemudian dilanjutkan dengan membaca suku kata, kata, dan kalimat pendek serta menulis. Peserta didik diberikan lembaran kertas yang berisi materi kumpulan kata dasar dengan tampilan yang menarik. Peserta didik dituntun dan disemak satu per satu. Kegiatan ini dilaksanakan di sela-sela jam istirahat.
Rekomendasi terakhir oleh penulis adalah sekolah membuka forum terbuka atau parenting agar para orang tua mendapatkan ilmu parenting dan dapat memahami tugas mereka dalam mendidik anak dengan baik.
D. Evaluasi
Dampak dari kegiatan bimbingan belajar membaca ini sangat baik. Peserta didik menjadi antusias dalam belajar membaca. Bahkan ketika penulis tidak masuk kelas karena ada kendala diperkuliahan, mereka selalu menagih, kapan penulis masuk kelas untuk membimbing mereka. Terdapat perubahan yang signifikan pada kemampuan membaca keempat peserta didik yang awalnya belum bisa membaca, kini mampu membaca dengan baik meskipun dengan tempo yang agak lamban.
Wali kelas merasa senang, karena merasa terbantu dengan kegiatan bimbingan belajar membaca oleh penulis ini. Selama ini beliau merasa kesulitan dalam mengoptimalkan pembelajaran di kelas, karena ada beberapa peserta didik yang belum bisa membaca.
Komentar
Posting Komentar