Langsung ke konten utama

Analisis Dier Terhadap Artikel “The Life Journey Of Johan Heinrich Pestalozzi And His Thought Contribution To Indonesian Education”

Pestalozzi




A.    Deskripsi

Johan Heinrich Pestalozzi adalah pembaru pendidikan yang lahir di Zurich tanggal 12 Januari 1746  yang menjadi sosok yang berkontribusi besar dalam dunia pendidikan. Semasa kecilnya, ia hanya tinggal bersama sosok ibunya yang penyayang, karena sosok ayah kandungnya telah meninggal semasa ia masih berusia 5 tahun kala itu. Karena tingkah lakunya yang tidak sama dengan teman seumurannnya, dia dijuluki sebagai anak yang paling aneh, namun hal tersebut tidak dijadikan sebagai alasan untuk tidak menuntut ilmu hingga perguruan tinggi sesuai saran kakeknya. Pada saat itu muncul perlakuan buruk berupa ketidakadilan dan penindasan yang dilakukan oleh para penguasa terhadap masyarakat di daerah tersebut. Pestalozzi prihatin dengan penderitaan kaum tertindas dan ingin membantu mereka mendapatkan pendidikan. Maka ia membuat sebuah jalan keluar yakni melalui jalur pendidikan yang humanis dan merdeka. Berbagai aktivitas dan percobaan dalam pendidikan banyak ia lakukan untuk memajukan pendidikan dan kebebasan rakyat kala itu. Ia sempat menjadi petani dan penulis buku, namun kedua hal tersebut tidak berjalan dengan mulus dan gagal. Ia juga melakukan percobaan lanjutan di tiga sekolah dasar sebagai usaha reformasi pendidikan dan sosial. Namun percobaan-percobaan tersebut gagal karena banyak sekali hambatan.

Kegagalan Pestalozzi dalam mereformasi pendidikan pada saat itu, ternyata kini menjadi kontribusi besar bagi dunia pendidkan saat ini. Dengan usahanya tersebutlah muncul pemikiran dalam dirinya tentang pendidikan harus dapat mengembangkan konsep yang mengaktualisasikan Head, hearth, Hand. Head yakni intelektual atau kecerdasan, hearth berarti sikap atau akhlak yang baik, serta harus mencerminkan pengembangan dalam keterampilan (hand). Lalu konsep membimbimng, mengasuh, dan mendidik ini mengalami perkembangan menjadi, heart, hand, health, head, dan harmony. Konsep Pestalozzi di abad 18 tersebut  ternyata masih relevan dengan kebutuhan pendidikan pada zaman sekarang. Pemikiran Pestalozzi selanjutnya adalah adanya sekolah pengembangan bagi guru. Tujuannya adalah agar guru dapat membimbing, mengasuh, dan mendidik peserta didik denga benar sesuai dengan profesinya.  Pestalozzi memiliki pemikiran filosofis yang meliputi pemikiran naturalis, realisme kritis, protestantisme, filantropi, serta humanis. Pemikiran filosofis tersebut mempengaruhi pemikiran pendidikan Pestalozzi. Pandangannya menjelaskan bahwa harus ada hubungan yang seimbang di antara unsur-unsur kehidupan. Hubungan manusia dengan Tuhan adalah hubungan vertikal antara makhluk ciptaan dengan penciptanya. Hubungan manusia dengan manusia yang saling mencintai dan membebaskan sebagai hubungan horizontal. Begitu juga dengan hubungan manusia dengan alam yang merupakan tempat hidup dan kehidupan manusia sebagai hubungan untuk saling menjaga alam.

Beberapa ide Pestalozzi  yang berpengaruh dalam dunia pendidikan saat ini antara lain:

1.    Pendidikan adalah hak mutlak setiap anak untuk mengembangkan potensi dirinya yang telah diberikan Tuhan kepadanya.

2.    Teori dan praktik pendidikan harus berlandaskan pada psikologi atau ilmu tentang ciri-ciri jiwa individu manusia.

3.    Pendidikan lebih didasarkan pada pengembangan organik daripada transfer ide.

4.    Mencoba menemukan hukum dasar perkembangan individu.

5.    Pendidikan dimulai dari persepsi objek konkret, pembentukan tindakan konkret,
dan pengalaman respons emosional aktual.

6.    Pandangan perkembangan dimana perkembangan merupakan perkembangan potensi secara bertahap. Pengajaran hendaknya dilakukan secara perlahan melalui perjalanan bertahap sesuai dengan perluasan kemampuan anak.

7.    Pandangan bahwa anak harus dituntut untuk menggunakan perasaan religius sebelum kata-kata atau simbol.

8.    Membuat beberapa alat dan cara baru dalam metode pengajaran berhitung, geografi, bahasa, menggambar dan musik.

9.    Mengekspresikan pandangan disiplin yang revolusioner berdasarkan niat baik dan kerja sama yang baik antara peserta didik dan guru.

10.  Memberikan alat baru untuk menyelenggarakan pendidikan guru dan kajian pendidikan sebagai ilmu.

 

B.     Interpretasi

Artikel yang berjudul  The Life Journey of Johan Heinrich Pestalozzi and His
Thought Contribution to Indonesian Education
 merupakan artikel yang sangat bagus dan inspiratif. Di dalamnya dijelaskan mengenai perjuangan Pestalozzi yang  tidak muda dalam menjalani hidup untuk memperjuangkan pendidikan dan kemakmuran rakyat Swiss yang tertindas. Kehidupannya sangat berperan penting dalam berkontribusi di dunia pendidikan. Kegigihan yang ia miliki hingga membuat program sekolah yang merdeka dan demokrasi serta membuat program sekolah guru serta pemikiran filosofinya menjadi ilmu  bagu guru di masa kini. Bahkan pemikirannya tentang konsep pendidikan yang mengutamakan head, hearth, dan hand ternyata sangat relevan dengan kebutuhan kehidupan khususnya dalam pendidikan pada abad 21. Pandangan beliau yang saya pahami adalah bagaimana menjadi guru yang baik yang dapat memanusiakan peserta didik serta dapat mengaktualisasikan kemampuan peserta didik untuk menjadi manusia yang seutuhnya. Sebagai calon pendidik profesional maka perlu untuk memahami peserta didik. Selain itu guru perlu memberikan peluang bagi peserta didik untuk dapat belajar dengan aman dan nyaman tanpa ada rasa takut dan tertekan. Dalam pandangan Pestalozzi juga menjelaskan bahwa pendidikan harus menyesuaikan dengan perkembangan peserta didik SD yang masih pada tahap perkembangan konkret, maka dari itu, guru juga perlu menyiapkan materi belajar dan media yang konkret agar peserta didik dapat mempelajari materi pelajaran dengan mudah. Selain itu pendidikan haruslah menjadi tempat yang ramah bagi peserta didik.

 

C.    Evaluasi

 

Perjalanan kehidupan Pestalozzi memiliki kemiripan dengan kehidupan dari salah satu tokoh pendidikan di Indonesia yaitu Ki Hadjar Dewantara. Dimana Pestalozzi berperan sebagai pejuang pendidikan bagi rakyat biasa yang menjadi korban ketidakadilan pemerintahan kala itu (Prananto & Wardani, 2023). Sedangkan Ki Hadjar Dewantara sendiri juga merasakan betapa pedihnya kehidupan rakyat Indonesia yang sedang dijajah oleh Belanda yang sangat menyengsarakan. Terbelenggu dalam pusaran tirani penjajahan Belanda, telah mendorong Ki Hajar Dewantara untuk memaknai pendidikan secara filosofi sebagai upaya memerdekakan manusia dalam aspek lahiriah (kemiskinan dan kebodohan), dan batiniah (otonomi berpikir dan mengambil keputusan, martabat, mentalitas demokratik) (Sugiarta, Wardana, Adiarta, & Artanayasa, 20019).

Salah satu hal yang fenomenal yang dikemukakan oleh  Ki Hadjar Dewantara dalam perkembangan pendidikan di Indonesia adalah semboyan Ing Ngarsa Sun Tulodho, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani (Enda & Yatmin, 2021). Yang mana guru harus menjadi teladan, memberikan semangat, serta dorongan yang baik kepada semua peserta didik. Selain itu konsep dasar pendidikan menjelaskan bahwa anak harus dapat berkembang secara jasmani muapun rohaniyahnya, anak berkembang sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zamannya, memiliki hak dan kewajiban yang sama, serta tidak perlu menyeragamkan hal yang memang tidak perlu untuk diseragakan.

Demikian pula Pestalozzi, juga memiliki pemikiran yang kurang lebih sama dengan pemikiran Ki Hadjar dewantara tentang pendidikan. Keduanya menjelaskan bahwa pendidikan harus dapat mengembangkan konsep yang mengaktualisasikan Head, hearth, Hand. Head yakni intelektual atau kecerdasan, hearth berarti sikap atau akhlak yang baik, serta harus mencerminkan pengembangan dalam keterampilan (hand). Hal ini juga selaras dengan filosofi pendidikan di Indonesia yang bahwa manusia adalah pribadi yang memiliki cipta, rasa, karsa yang mengerti dan menyadari akan keberadaan dirinya yang dapat mengatur, menentukan, dan menguasai dirinya, memiliki budi dan kehendak, memiliki dorongan untuk mengembangkan pribadinya menjadi lebih baik dan lebih sempurna (Mujito, 2014). Pendidikan sikap dan karakter (hearth) Pestalozzi juga menjadi fokus dalam pelaksanaan pendidikannya, sama halnya pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara. Hanya saja, pendidikan karakter yang dicanangkan oleh Pestalozzi bernuansa agama Kristen sedangkan filosofi pendidikan karakter Ki Hadjar Dewantara bernuansa agama Islam yang dibalut dengan kearifan lokal budaya Indonesia. Hal ini dapat dimaknai bahwa dala melaksanakan pendidikan, tidak boleh lepas dari ajaran agama.

Pemikiran Pestalozzi selanjutnya adalah adanya sekolah pengembangan bagi guru. Tujuannya adalah agar guru dapat membimbing, mengasuh, dan mendidik peserta didik denga benar sesuai dengan profesinya.  Pestalozzi memiliki pemikiran filosofis yang meliputi pemikiran naturalis, realisme kritis, protestantisme, filantropi, serta humanis. Pemikiran filosofis tersebut mempengaruhi pemikiran pendidikan Pestalozzi. Pandangannya menjelaskan bahwa harus ada hubungan yang seimbang di antara unsur-unsur kehidupan. Hubungan manusia dengan Tuhan adalah hubungan vertikal antara makhluk ciptaan dengan penciptanya. Hubungan manusia dengan manusia yang saling mencintai dan membebaskan sebagai hubungan horizontal. Begitu juga dengan hubungan manusia dengan alam yang merupakan tempat hidup dan kehidupan manusia sebagai hubungan untuk saling menjaga alam.

 

D.    Rekomendasi

Berdasarkan hasil analisis Artikel yang berjudul  The Life Journey of Johan Heinrich Pestalozzi and His Thought Contribution to Indonesian Education serta pemikiran dasar filosofi pendidikan menurut Ki Hadjar Dewanatara, maka penulis dapat memberikan beberapa rekomendasi dalam upaya memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia, antara lain:

1.      Guru harus selalu tetap belajar dan belajar agar dapat membimbing, mendidik, dan mengajar peserta didik sehingga ia dapat mengembangkan potensi peserta didk (kodrat alam) sesuai dengan perkembangan zaman saat ini.

2.      Melihat perkembangan zaman yang begitu cepat,  maka guru perlu menyesuaikan pembelajarannya dengan memanfaatkan ketersediaan teknologi dan informasi yang semakin canggih ini. Maka guru hasus sudah mampu menguasai alat digital dalam pembelajaran (kodrat zaman)

3.      Di dalam pembelajaran guru harus dapat mengoptimalkan kemampuan peserta didik yang beragam sehingga strategi pembelajaran yang dipakai haruslah dapat memfasilitasi semua peserta didik aar tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemapuannya. Misalanya dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi.

4.      Hal paling penting dalam pendidikan tidak hanya sekedar transfer pengetahuan, melainkan mendidik peserta didik agar memiliki karakter dan sikap yang baik dan peserta didik dapat menjalankan tugasnya di masyarakat. Maka guru harus menjadi tulodho atau contoh yang baik dan menanamkan karakter pelajar pancasila agar generasi mendatang kelak menjadi generasi yang tidak hanya pintar dalam intelektualnya saja, melainkan juga pintar dalam sikap dan keterampilannya.

5.      Sebagai guru yang professional maka jangan sampai mendeskriminasi peserta didik.

6.      Pemerintah hendaknya tidak merubah-ubah kurikulum pendidikan di Indonesia, yang justru membingungkan praktisi pendidikan yakni guru itu sendiri. Kurikulum Merdeka yang akan dicanangkan dan diterapkan secara menyeluruh di Indonesia pada tahun 2024 hendaknya dijadikan pijakan awal yang konsisten bagi kemerdekaan diri dalam belajar. Agar Indonesia tidak sibuk dalam menata kurikulum saja, melainkan fokus bagaimana cara memaksimalkan kurikulum yang sudah ada ini.

7.      Dalam memajukan pendidikan secara menyeluruh, maka lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat juga harus bersinergi membangun generasi bangsa ini menjadi generasi yang berkarakter dengan menerapkan konsep membimbing dengan heart, hand, health, head, dan harmony. Setiap lingkungan tersebut harus memberikan pendidikan dan melakukan penanaman karakter agar ada kesinkronan antara dunia pendidikan di sekolah dengan kehidupan di masyarakat, sehingga peserta didik dapat meimplementasikan apa yang ia pelajari di sekolah.

 

Sumber Rujukan

Enda, T. N., & Yatmin. (2021). Representasi Pengetahuan Terhadap Sistem Among dalam Penanaman Pendidikan Karakter Siswa. SEMDIKJAR 4 (pp. 828-836). Kediri: UNP Kediri.

Mujito, W. E. (2014). Konsep Belajar Menurut Ki Hadjar Dewantara dan Relevansinya Dengan Pendidikan Agama Islam. Jurnal Pendidikan Islam, 65-78.

Prananto, I. W., & Wardani, K. H. (2023). The Life Journey of Johan Heinrich Pestalozzi and His Thought Contribution to Indonesian Education. Jurnal Pendidikan: Riset dan Konseptual, 163-170.

Sugiarta, I. M., Wardana, I. B., Adiarta, A., & Artanayasa, I. W. (20019). Filsafat Pendidikan Ki Hadjar Dewantara (Tokoh Timur). Jurnal Filsafat Indonesia, 2(3), 124-136.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pembelajaran Problem Based Learning And Project-Based Learning Sebagai Ujung Tombak Kurikulum 2013

Sumber: meteoreducation.com      Pendidikan merupakan sebuah hal yang sangat fundamental. Mengingat pendidikan menjadi ujung tombak maju tidaknya sebuah peradaban, maka suatu bangsa atau negara akan mengusahakan hal yang terbaik bagi warga negaranya agar mendapatkan pendidikan yang layak dan memiliki standar yang tinggi. Peradaban sekarang kini juga semakin maju. Anak didik tidak hanya butuh pengetahuan teoritis seperti menulis, menghafal, dan berhitung. Namun kini peserta didik membutuhkan ilmu dalam bersikap dan ilmu dalam mempraktikkan segala teori yang telah ia pelajari di sekolah.       Pendidikan memang harus disusun sedemikian rupa sehingga mampu memback-up dari akar hingga ujungnya, yakni mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Tatanan pendidikan tersebut harus memiliki kaidah yang sesuai dengan perkembangan zaman. Hal ini penting karena setiap zaman ada penghuninya yang tidak sama. Setiap zaman ke zaman pasti ada kebuthan khusus yang harus dipenuhi masyarakat agar

PRINSIP-PRINSIP PENILAIAN DAN ACUAN PENILAIAN

    PRINSIP-PRINSIP PENILAIAN DAN ACUAN PENILAIAN MAKALAH Untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Yang dibimbing oleh Ifa Nurhayati, M.Pd Oleh: 1.       Ahmad Na’im            ( 1586206004 ) 2.       Siska Dwi Puspitasari (1586206063)                                            PROGRAM STUDI SI PGSD      FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU PENDIDIKAN      UNIVERSITAS ISLAM RADEN RAHMAT MALANG OKTOBER 2016   Kata Pengantar Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah  memberikan  rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang Alhamdulillah bisa diselesaikan dengan tepat pada waktunya, makalah ini berjudul “Prinsip-Prinsip Penilaian dan Acauan Penilaian”             Makalah ini berisikan tentang prinsip-prinsip penilaian dan acuan penilaian yang ada didalam materi evaluasi pembelajaran di SD. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informas

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK FAKTOR NATURE DAN NURTURE

  PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK FAKTOR NATURE DAN NURTURE BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Dewasa ini banyak para pendidik yang kurang perhatian dalam mempelajari pola pertumbuhan maupun perkembangan peserta didik yang sebenarnya sangat berguna demi kelancaran proses pembelajaran. Dengan kurang fahamnya pendidik dengan pola pertumbuhan maupun perkembangan peserta didiknya   maka akan terjadi beberapa hambatan dalam proses pembelajaran seperti : kurang difahaminya materi yang disampaikan pendidik. Disamping itu, kami membuat makalah ini dengan harapan agar penulis dapat lebih mendalam lagi dalam mempelajari perkembangan peserta didik guna mendukung metode pembelajaran kelak. B.      Rumusan Masalah Penulis telah menyusun beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini sebagai batasan dalam pembahasan bab isi. Beberapa masalah tersebut antaralain : a.        Factor – factor apa saja yang mempengaruhi perkembangan b.       Apa pengaruh f