Langsung ke konten utama

Kesimpulan dari Pendekatan konstruktivistik


Bagaimana pandangan para ahli konstruktivistik pada proses belajar?

 
Para ahli konstruktivistik dalam pembelajaran mengungkapkan bahwa belajar merupakan sebuah proses yang panjang dan perlu dilakukan oleh pembelajar dengan benar. Peserta didiklah yang harus belajar untuk menemukan dan menggabungkan segala pengetahuan yang kompleks dari hasil belajarnya sendiri. Kemudia semua pengetahuan yang kompleks itu semua akan dipahami sendiri oleh peserta didik yang sedang belajar, sehingga ia akan lebih paham dnegan apa yang ia pelajari, karena ia menemukan pengetahuannya sendiri. Teori ini menyimpulkan bahwa pengalaman dalam menemukan pengetahuan menjadi penting dan fundamental untuk memahami apa  sebenarnya yang telah dipelajari.
Para ahli konstruktivistik menganggap bahwa teori konstruktivistik merupakan teori belajar yang menerapkan teori top – down proses. Artinya adalah bahwa pembelajar dihadapkan pada konsep yang rumit terlebih dahulu setelah itu barulah memahami konsep yang dasar. Pada teori ini pembelajar diberikan permasalahan yang kompleks untuk diselesaikan  dengan kemampuan pengetahuan yang mereka miliki. Setelah permasalahan itu telah terselesaikan, maka akan dengan mudahnya pembelajar memahami hal atau konsep yang dasar dari permasalahan yang barusan ia pelajari. Hal ini juga tak lepas dari bimbingan orang yang lebih paham dengan permasalahan tersebut, yaitu para ahli atau guru misalnya. Discovery learning dan scaffolding adalah dua metode belajar konstruktivistik yang mengandalkan pengetahuan diri si pembelajar atau bisa disebut juga bahwa Discovery learning dan scaffolding menganut teori kognitivistik. Bruner pada teorinya Discovery learning tak lepas dari beberapa hal seperti proses pembelajaran yang berpusat pada pembelajar itu sendiri, keingintahuan pembelajar, serta kemampuan dalam penyelesaian pada setia permasalahan yang dihadapi. Adapun scaffolding juga diperlukan dalam pembelajaran yang menggunakan teori kognitivistik, dimana pembelajar atau peserta didik juga memerlukan bimbingan orang dewasa atau orang yang lebih berpengalaman dalam proses pembelajaran itu sendiri, misalnya adalah guru yang mendampingi peserta didiknya dalam menemukan volume bangun ruang.

Bagaimana kerja kelompok dalam pembelajaran?

kooperatif learning

Source: education development center


Pembelajaran kooperatif memberikan pengalaman bagi pembelajar untuk saling bekerja sama dalam beberapa kelompok belajar pada skala kecil. Model pembelajarn kooperatif ini tentunya mengarahakan agar setiap pembelajar dalam kelompok memberikan kontribusi dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok, sehingga terjadi komunikasi yang baik antar anggota kelompok dengan tujuan untuk saling membantu dalam menyelesaikan tugas. Pembelajaran kooperatif ini dipakai pada setiap kegiatan diskusi dan discovery learning (belajar menemukan). Student Teams– Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu pembejaran kooperatif yang sukses dalam menerapkan pembelajaran kooperatif. Hal ini dikarenakan pada pembelajaran Student Teams– Achievement Divisions (STAD) setiap grup dan setiap individu sesuai dengan kemampuan yang dicapai dan perubahan-perubahan yang telah dicapai oleh pembelajar. Hal ini dikarenakan setiap grup memang harus diberikan sebuah tanggungjawab masing-masing dan setiap anggota grup juga memerlukan reward atau hadiah atas apa yang telah ia selesaikan.


Bagaimana problem solving dan thinking skills diajarkan?

 

Problem solving
Source: edutopia



Problem solving skill diajarakan melalui sebuah tahap yang berurutan, keterlibatan si pembelajar, kebermaknaan hasil akhir pemebelajaran, serta adanya gambaran permasalahan yang jelas. Problem solving membutuhkan waktu yang perlahan, jejak pendapat, lingkungan belajar yang kondusif, menganalisa permasalahanm, penerapan thinking skills, dan yang terakhir adalah adanya feedback atau tanggapan dari siswa terhadap masalah yang telah diselesaikan. Dalam thingking skills itu sendiri itu membutuhkan contoh atau sampel, rencana, pengklasifikasian, pemberian jejak pendapat, mengidentifikasi asumsi-asumsi, mengidentifikasi informasi yang tidak benar atau sesat, serta membuat perntanyaan-pertanyaan. Problem solving dan thinking dapat diterapkan pada program pengayaan. 

Jadi dapat disimpulkan bahwa pendekatan konstruktivistik atau konstruktivisme merupakan pendekatan yang mana peran peserta didik atau pembelajar menjadi fokus utama dalam belajar. Dengan keterlibatan peserta didik yang dominan dan menerapkan problem solving dan Thinking skills maka pembelajaran akan semakin aktif dibanding dengan pembelajaran yang menggunakan pendekatan teacher center atau pembelajaran yang pusat pada guru semata.

Sumber: Slavin.200.Educational Psychology Theory and Practice, 7(E),287.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pembelajaran Problem Based Learning And Project-Based Learning Sebagai Ujung Tombak Kurikulum 2013

Sumber: meteoreducation.com      Pendidikan merupakan sebuah hal yang sangat fundamental. Mengingat pendidikan menjadi ujung tombak maju tidaknya sebuah peradaban, maka suatu bangsa atau negara akan mengusahakan hal yang terbaik bagi warga negaranya agar mendapatkan pendidikan yang layak dan memiliki standar yang tinggi. Peradaban sekarang kini juga semakin maju. Anak didik tidak hanya butuh pengetahuan teoritis seperti menulis, menghafal, dan berhitung. Namun kini peserta didik membutuhkan ilmu dalam bersikap dan ilmu dalam mempraktikkan segala teori yang telah ia pelajari di sekolah.       Pendidikan memang harus disusun sedemikian rupa sehingga mampu memback-up dari akar hingga ujungnya, yakni mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Tatanan pendidikan tersebut harus memiliki kaidah yang sesuai dengan perkembangan zaman. Hal ini penting karena setiap zaman ada penghuninya yang tidak sama. Setiap zaman ke zaman pasti ada kebuthan khusus yang harus dipenuhi masyarakat agar

PRINSIP-PRINSIP PENILAIAN DAN ACUAN PENILAIAN

    PRINSIP-PRINSIP PENILAIAN DAN ACUAN PENILAIAN MAKALAH Untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Yang dibimbing oleh Ifa Nurhayati, M.Pd Oleh: 1.       Ahmad Na’im            ( 1586206004 ) 2.       Siska Dwi Puspitasari (1586206063)                                            PROGRAM STUDI SI PGSD      FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU PENDIDIKAN      UNIVERSITAS ISLAM RADEN RAHMAT MALANG OKTOBER 2016   Kata Pengantar Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah  memberikan  rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang Alhamdulillah bisa diselesaikan dengan tepat pada waktunya, makalah ini berjudul “Prinsip-Prinsip Penilaian dan Acauan Penilaian”             Makalah ini berisikan tentang prinsip-prinsip penilaian dan acuan penilaian yang ada didalam materi evaluasi pembelajaran di SD. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informas

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK FAKTOR NATURE DAN NURTURE

  PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK FAKTOR NATURE DAN NURTURE BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Dewasa ini banyak para pendidik yang kurang perhatian dalam mempelajari pola pertumbuhan maupun perkembangan peserta didik yang sebenarnya sangat berguna demi kelancaran proses pembelajaran. Dengan kurang fahamnya pendidik dengan pola pertumbuhan maupun perkembangan peserta didiknya   maka akan terjadi beberapa hambatan dalam proses pembelajaran seperti : kurang difahaminya materi yang disampaikan pendidik. Disamping itu, kami membuat makalah ini dengan harapan agar penulis dapat lebih mendalam lagi dalam mempelajari perkembangan peserta didik guna mendukung metode pembelajaran kelak. B.      Rumusan Masalah Penulis telah menyusun beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini sebagai batasan dalam pembahasan bab isi. Beberapa masalah tersebut antaralain : a.        Factor – factor apa saja yang mempengaruhi perkembangan b.       Apa pengaruh f