Sumber: kompasiana.com |
Apa yang ada dibenak anda jika mendengar teori konstruktivisme?
Konstruktivisme merupakan sebuah paham atau cara pandang dalam berperilaku. Konstruktivisme juga tergolong dalam teori belajar yang digunakan oleh seorang pendidik untuk membantu peserta didik mereka belajar. Atau mungkin bahkan suatu Negara juga tidak menutup kemungkinan mengarah pada paham konstruktivisme dalam peraturan pelaksanaan pendidikan di Negara tersebut. Konstruktivisme didasarkan pada gagasan bahwa orang secara aktif membangun atau membuat pengetahuan mereka sendiri, dan pengetahuan tersebut ditentukan oleh pengalaman peserta didik sebagai pembelajar. Pada dasarnya, peserta didik menggunakan pengetahuan mereka yang awal sebagai landasan dan membangun pengetahuan yang lebih rumit dan tinggi dengan hal-hal baru yang mereka pelajari. Jadi pengalaman setiap peserta didik membuat pembelajaran mereka unik bagi mereka sendiri dan bersifat khas karena menyangkut pengalaman pribadi.
Konstruktivisme sangat penting untuk dipahami sebagai seorang pendidik karena mempengaruhi cara semua peserta didik Anda dalam belajar. Teori belajar konstruktivis dapat diartikan bahwa setiap peserta didik membawa pengalaman unik mereka sendiri dalam kelas setiap hari. Latar belakang dan pengetahuan mereka sebelumnya mempengaruhi bagaimana mereka dapat belajar. Pendidik mampu menggunakan teori belajar konstruktivisme untuk membantu peserta didik memahami pengetahuan mereka sebelumnya. Jika anda berprofesi sebagai pendidik atau calon pendidik, penting untuk mempelajari kembali dan memahami teori pembelajaran dan bagaimana pengaruhnya terhadap Anda dan peserta didik Anda. Penjelasan berikut ini akan memberi tahu Anda lebih banyak tentang teori pembelajaran konstruktivisme dan bagaimana teori itu membantu Anda sebagai seorang guru dalam membantu siswa dalam proses pembelajaran.
Prinsip-prinsip pada teori Konstruktivisme
Ada banyak elemen spesifik dan prinsip konstruktivisme. Ada beberapa prinsip yang ada pada teori belajar ini, yaitu antara lain:
- Pengetahuan dibangun. Ini adalah prinsip dasar, artinya pengetahuan dibangun di atas pengetahuan lain. Peserta didik mengambil bagian-bagian dan menyatukannya dengan cara mereka sendiri yang unik, membangun sesuatu yang berbeda dari apa yang akan dibangun oleh peserta didik lain. Pengetahuan, pengalaman, keyakinan, dan wawasan peserta didik sebelumnya adalah fondasi penting untuk pembelajaran mereka yang berkelanjutan. Dalam hal ini, berarti setiap peserta didik benar-benar mengikuti pembelajaran, peserta didik aktif mencari informasi, entah itu pengetahuan dari membaca, mengamati, maupun praktik sederhana maupun praktik yang rumit dan bertanya untuk mencari informasi mengenai apa hal yang belum dipahami kepada pendidik dalam hal ini adalah kita sebagai guru. Oleh karena itu, guru juga perlu memperdalam lagi setiap materi pembelajaran, agar guru siap memberikan jawaban dan solusi dari setiap pertanyaan yang peserta didik ajukan.
- Orang belajar untuk belajar, sebagaimana mereka belajar. Belajar melibatkan konstruksi makna dan sistem makna. Misalnya, jika seorang peserta didik sedang mempelajari kronologi tanggal untuk serangkaian peristiwa sejarah, pada saat yang sama mereka mempelajari arti kronologi. Jika seorang peserta didik menulis makalah tentang sejarah, mereka juga mempelajari prinsip-prinsip tentang tata bahasa dan menulis juga. Setiap hal yang kita pelajari memberi kita pemahaman yang lebih baik tentang hal-hal lain di masa depan. Pada dasarnya setiap peserta didik jika belajar mengetahui dan memahami sesuatu hal, peserta didik secara tidak langsung pasti akan mempelajari hal lain yang lain seperti yang telah disebutkan di barusan. Sehingga peserta didik idealnya adalah belajar untuk belajar memahami beberapa hal dalam sekali waktu belajar.
- Belajar adalah proses yang aktif. Belajar melibatkan input sensorik untuk membangun makna. Artinya adalah semua panca indra ikut berperan aktif dalam mengolah sebuah informasi untuk memahami sebuah makna dari apa yang telah dipelajari. Dalam penerapan teori konstruktivisme ini memang mengutamakan keaktifan peserta didik dalam mencari dan menemukan pemahaman baru secara mandiri. Pelajar perlu melakukan sesuatu untuk belajar, hal ini dikarena pada pandangan konstruktivisme, seorang anak bukanlah peserta didik yang hanya diamsaja (pasif) dalam proses pembelajaran. Peserta didik perlu terlibat dalam dunia sehingga mereka secara aktif terlibat dalam pembelajaran dan pengembangan mereka sendiri. Peserta didik tidak bisa hanya duduk dan berharap untuk diberitahu sesuatu oleh guru, peserta didik perlu terlibat dalam diskusi, membaca, kegiatan, dan lain sebagainya.
- Belajar adalah kegiatan sosial. Belajar secara langsung berhubungan dengan hubungan kita dengan orang lain. Guru kita, keluarga kita, atau teman sebaya, dan kenalan kita memengaruhi proses pembelajaran kita. Pendidik lebih mungkin berhasil karena mereka memahami bahwa keterlibatan teman sebaya adalah kunci dalam pembelajaran. Menjauhkan diri dari interaksi social di kelas bukan menjadi sebuah solusi dalam memahami sebuah materi pokok pembelajaran . Mengisolasi pembelajaran bukanlah cara terbaik untuk membantu peserta didik belajar dan tumbuh bersama. Pendidikan harus bersifat progress atau mengarah pada perubahan-perubahan yang baik. Interaksi sosial adalah kunci untuk belajar dan peserta didik harus berlatih percakapan, interaksi, dan kerja kelompok dalam kelas. Hal ini penting untuk membantu peserta didik dalam mempertahankan pengetahuan mereka.
- Pembelajaran bersifat kontekstual. Peserta didik belajar sebuah materi pokok pembelajaran dengan cara menghubungkan pengetahuan yang barusan dipahami dengan hal-hal atau pengetahuan-pengetahuan yang sudah mereka ketahui, apa yang mereka yakini, dan banyak lagi. Hal-hal yang peserta didik pelajari dalam pandangan konstruktivisme harus terhubung dengan hal-hal yang terjadi di sekitar peserta didik itu sendiri.
- Pengetahuan bersifat pribadi. Mengapa disebut bersifat pribadi? Iya benar sekali, halini dikarenakan konstruktivisme didasarkan pada pengalaman dan keyakinan peserta didik itu sendiri, sehingga pengetahuan dan pehaman menjadi urusan yang pribadi. Setiap peserta didik akan memiliki pengetahuan dan pengalaman mereka sendiri sebelumnya untuk dibawa ke tahap selannjutnya yaitu mempelajari pengetahuan atau hal baru. Sehingga, cara dan hal-hal yang dipelajari dan diperoleh oleh peserta didik antara yang satu dengan lain pasti akan berbeda-beda.
- Belajar ada di dalam pikiran. Belajar dilihat dari segi kegiatan fisik tidaklah cukup. Belajar dalam pandangan konstruktivisme itu melibatkan olah piker yang menjadi kata kunci keberhasilan belajar seorang peserta didik. Belajar perlu melibatkan aktivitas untuk pikiran, bukan hanya tangan kita. Pengalaman mental diperlukan untuk mempertahankan pengetahuan yang selama ini telah didapatkan.
- Motivasi adalah kunci untuk belajar. Peserta didik tidak dapat belajar jika mereka tidak termotivasi. Pendidik perlu memiliki cara untuk melibatkan dan memotivasi peserta didik untuk mengaktifkan pikiran mereka dan membantu mereka bersemangat dalam proses belajar. Tanpa adanya motivasi, sulit bagi peserta didik untuk menjangkau atau mengingat pengalaman masa lalu mereka dan serta membuat koneksi untuk pembelajaran baru menjadi sulit dibentuk.
Konstruktivisme dalam pendidikan
Sangat penting untuk memahami bagaimana guru dapat menerapkan konstruktivisme di dalam kelas mereka untuk menciptakan lingkungan belajar yang unik bagi peserta didik. Di dalam kelas konstruktivis, guru memiliki peran untuk menciptakan lingkungan kolaboratif, di mana peserta didik secara aktif terlibat dalam pembelajaran mereka sendiri. Guru lebih mendampingi atau menjadi fasilitator pembelajaran daripada instruktur yang sebenarnya. Guru harus bekerja untuk memahami konsepsi dan pemahaman peserta didik yang sudah ada sebelumnya. Kemudian guru harus berusaha untuk memasukkan pengetahuan baru ke dalam pengetahuan yang telah didapatkann sebelumnya. Guru juga perlu menyesuaikan materi dan metode pembelajaran yang sesuai dengan tingkat pemahaman peserta didik dan tingkat usia peserta didik di kelasnya.
Ruang kelas konstruktivis bergantung pada empat bidang utama untuk menjadi sukses:
- Berbagi ilmu antara guru dengan peserta didik serta berbagi ilmu antar sesama peserta didik
- Kewenangan bersama antara guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran
- Guru berperan sebagai pemandu belajar dalam kelas maupun luar kelas
- Kelompok belajar terdiri dari sejumlah kecil peserta didik
Ruang kelas konstruktivis seringkali sangat berbeda dari ruang kelas normal dalam banyak hal. Kelas konstruktivis fokus pada pertanyaan dan minat peserta didik, mereka membangun apa yang sudah diketahui peserta didik, mereka fokus pada pembelajaran interaktif dan berpusat pada peserta didik, guru berdialog dengan peserta didik untuk membantu mereka membangun pengetahuan mereka sendiri, peserta didik belajar untuk bertanya dan memberikan tanggapan atas pertanyaan-pertanyaan tertentu, dan peserta didik kerjasama dalam kelompok.
Kelas konstruktivis sering memiliki guru yang melakukan kerja kelompok kecil, kegiatan kolaboratif dan interaktif, dan dialog terbuka tentang apa yang dibutuhkan peserta didik untuk menemukan kesuksesan.
Kekurangan metode konstruktivis.
Kritik terbesar dari pembelajaran konstruktivis adalah kurangnya struktur. Beberapa peserta didik membutuhkan lingkungan belajar yang sangat terstruktur dan terorganisir untuk berkembang, dan pembelajaran konstruktivis berfokus pada metode yang lebih santai untuk membantu peserta didik terlibat dalam pembelajaran mereka sendiri.
Penilaian sering kali dihapus dari ruang kelas konstruktivis dan memberi nilai lebih pada kemajuan peserta didik, yang dapat menyebabkan peserta didik tertinggal dan tidak memenuhi persyaratan penilaian standar. Namun bukan berarti dengan adanya kelemahan dalam teori ini dalam penerapannya di dunia pendidikan bukan berarti teori ini tidak boleh diterapkan, justru dengan teori ini pandangan siswa yang aktif dalam belajar merupakan kunci utama dalam kebrhasilan dalam belajar. Memang tidak semua teori itu sempurna, apalagi berbicara mengenai teori-teori perilaku sosial seperti teori ini. Setiap teori pasti ada kelebihan dan kekurangannya.
Mungkin anda tertarik dengan makalah teori pembelajaran
Oleh karena itu perlu bagi pendidik untuk pintar-pintar mengatur kelasnya dengan memakai berbagai teori-teori belajar yang disesuaikan dengan kondisi peserta didik. Selain itu, penting bagi guru untuk memahami berbagai teori pembelajaran dan bagaimana pengaruhnya terhadap kelas dan peserta didik mereka. Demikian penjelasan mengenai teori belajar konstruktivisme.
Artikel ini merupakan artikel gubahan dari sebuah kampus ternama, Western Governor University. Anda dapat membaca artikel aslinya pada laman Western Governor University.
Semoga bermanfaat
Komentar
Posting Komentar